Rabu, 10 Juni 2009

Kertas

1. Kertas

Kertas (bahan cetakan) adalah merupakan bahan yang sangat

penting di dalam pekerjaan cetak sehingga penyesuaian kualitas dari

kertas (bahan cetakan) akan sangat dominan di dalam

menentukan/menghasilkan kualitas cetak.


Kertas (bahan cetakan) dapat dibagi menjadi :

1.Uncoated.

yang termasuk uncoated antara lain : HVS, HVO, Kertas

koran, dll. Uncoated mempunyai sifat penyerapan besar, permukaan

yang kasar, mudah terjadi picking (tercabut), PH rendah sehingga

lambat kering, dan karena permukaannya bergelombang (tidak rata)

maka hasil cetak tidak menimbulkan gloss. Cemani Toka dalam hal

ini sudah menyesuaikan tinta untuk kertas uncoated tersebut.


2 Coated.

yang termasuk coated antara lain : art paper, coated paper,

mat coated, cast coated, art karton, coated karton. PT Cemani Toka

dalam hal ini sudah menyesuaikan tinta untuk jenis-jenis kertas

coated.


3.Non absorbtion Paper

, yang termasuk non absorbtion antara lain :

Vynil stiker, Yupo, Typex, Gold Foil, Alumunium Foil, art synthetic

paper, dll.

Karena jenis ini tidak mempunyai daya serap, maka pengeringan

terjadi secara oksidasi penuh. Biasanya timbul masalah set off atau

lambat kering. Sehingga perlu penanganan khusus seperti :


- Tidak menumpuk hasil cetakan terlalu tinggi

- PH air pembasah tidak terlalu asam (karena akan menghambat oksidasi)

- memakai air pembasah seminim mungkin

Hati-hati karena tinta mempunyai pengeringan lebih cepat dari

pada tinta biasa, tidak sampai lapisan tinta mengering.


Menurut Dameria

(2005 : 98), jenis kertas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. kertas berdasarkan jenis serat, kertas jenis ini terbagi menjadi 2

(dua) yaitu :

a. kertas mengandung kayu, dengan ciri-ciri :

terdiri dari serat mekanis

tidak tahan disimpan lama

mudah berubah warna jika terkena matahari

contoh : koran, HHI


b. kertas bebas kayu, dengan ciri-ciri :

terdiri dari serat kimia

tahan disimpan lama

contoh : HVS, HVO


2. kertas berdasarkan pekerjaan akhir, yaitu :

a. kertas coated, dengan ciri-ciri :

terdiri dari kertas dasae dan lapisan kapur dengan bahan

perekat

permukaannya halus dan mengkilap (gloss)

daya serap terhadap minyak lemah

contoh : art paper, kunsdruk

b. kertas uncoated, dengan ciri-ciri :

tidak diberi lapisan kapur

permukaan kertas kasar tapi bisa juga dihaluskan

daya serap terhadap minyak kuat

contoh : koran,HHI, HVS, HVO


3. kertas berdasarkan penggunaannya, yaitu :

a. Kertas cetak, seperti HVO, koran, art paper

b. Kertas tulis, seperti HVS, kertas gambar

c. Kertas bungkus, seperti cassing, kertas sampul, kertas Samson

d. Kertas khusus, seperti kertas uang, kertas sigaret, kertas

tisue.


1.1. Bahan baku kertas

Ada 2 macam bahan baku kertas, antara lain :

a. Pulp mekanis, dengan ciri-ciri :

seratnya tidak murni masih mengandung lignin

seratnya tidak utuh (banyak yang rusak)

tidak tahan terhadap penyimpanan (warna kertas berubah

menjadi kuning)

mempunyai opasitas tinggi

permukaan kertas lebih lunak

harga murah


b. Pulp kimia, dengan ciri-ciri :

seratnya murni, tidak mengandung lignin

seratnya utuh

lebih stabil terhadap penyimpanan

mempunyai opasitas lebih rendah

permukaan kertas lebih kaku

harga lebih mahal







Senin, 11 Mei 2009

Sejarah Cetak Sablon

Sejarah Cetak Sablon

Cetak sablon atau cetak saring telah lama dikenal oleh bangs a
Jepang sejak tahun 1664. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo
Mirose mengambangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif.

Penyablonan kimono ini dilatarbelakangi oleh kebo\ijakan Kaisar Jepang yang
melarang penggunaan kimono bermotif tulis tangan. Pasalnya,

Kaisar sangat prihatin dengantingginya harga kimono motif tulis
Gambar 7.118. Prinsip cetaktangan yang beredar di pasaran.
Dengan kebijakan tersebut, harga
kimono dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulai banyak
digunakan masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak sablon terus
berkembang dan merambah ke berbagai negara. Sablon pada saat
itu belum memakai kain gasa atau screen, mereka masih
menggunakan teknik pencapan atau menggunakan model cetakan
atau mal.

Pada tahun 1907, seorang pria ber kebangsaan Inggris, Samuel
Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan
Chiffon
sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut
yang terbuat dari benang sutera halus. Bahan rajut inilah yang
merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon
dengan cara ini, tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa
atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar
yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan
sebutan silk screen printing, yang berarti mencetak menggunakan
kain saring sutera.

Konon kata sablon berasal dari bahasa Belanda yakni schablon.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon didefinisikan
nsebagai pola berdesain yang dapat diluk is berdasarkan contoh.
 
Copyright © 2010 Ilmu Sablon | Design : Noyod.Com | Images : Red_Priest_Usada, flashouille