Senin, 11 Mei 2009

Sejarah Cetak Sablon

Sejarah Cetak Sablon

Cetak sablon atau cetak saring telah lama dikenal oleh bangs a
Jepang sejak tahun 1664. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo
Mirose mengambangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif.

Penyablonan kimono ini dilatarbelakangi oleh kebo\ijakan Kaisar Jepang yang
melarang penggunaan kimono bermotif tulis tangan. Pasalnya,

Kaisar sangat prihatin dengantingginya harga kimono motif tulis
Gambar 7.118. Prinsip cetaktangan yang beredar di pasaran.
Dengan kebijakan tersebut, harga
kimono dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulai banyak
digunakan masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak sablon terus
berkembang dan merambah ke berbagai negara. Sablon pada saat
itu belum memakai kain gasa atau screen, mereka masih
menggunakan teknik pencapan atau menggunakan model cetakan
atau mal.

Pada tahun 1907, seorang pria ber kebangsaan Inggris, Samuel
Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan
Chiffon
sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut
yang terbuat dari benang sutera halus. Bahan rajut inilah yang
merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon
dengan cara ini, tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa
atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar
yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan
sebutan silk screen printing, yang berarti mencetak menggunakan
kain saring sutera.

Konon kata sablon berasal dari bahasa Belanda yakni schablon.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon didefinisikan
nsebagai pola berdesain yang dapat diluk is berdasarkan contoh.
 
Copyright © 2010 Ilmu Sablon | Design : Noyod.Com | Images : Red_Priest_Usada, flashouille